Propinsi Kalimantan Selatan Ibukotanya Kota Banjarmasin dan wilayah ini banyak dilalui sungai besar dan sungai kecil (kanal). Banyak sekali kegiatan masyarakat yang dilakukan di sungai termasuk kegiatan perdagangan yang dikenal dengan pasar terapung. Penduduk kota Banjarmasin masih banyak yang tinggal di atas air. Rumah-rumah penduduk dibangun diatas tiang atau di atas rakit dipinggir sungai.
Budaya sungai terus berkembang, memberikan corak budaya tersendiri dan menarik. Salah satu kegiatan wisata paling menarik di kota Banjarmasin adalah berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal. Daerah pinggiran kota pemandangan alam sungainya masih asli dan wisatawan dapat menyusuri sepanjang sungai Martapura dan sungai Barito dengan menggunakan perahu Klotok dan Speedboat. Pusat Kota Banjarmasin terletak di sepanjang jalan Pasar Baru, sementara kawasan perkantoran khususnya Bank terdapat di jalan Lambung Mangkurat. Sungai Barito berada di sebelah Baratnya dari pusat kota.
Sebagian besar kegiatan masyarakat di Banjarmasin terjadi sungai atau disekitar sungai. Oleh karena itu sangatlah menarik menyaksikan kehidupan Kota dari tengah sungai. Wisatawan dapat menyewakan perahu motor yang mangkal di tepi sungai dengan tarif sekitar Rp. 75.000 per jam guna memulai perjalanan menyusuri sungai melewati sejumlah lokasi penarikan dengan waktu tempuh dua hingga tiga jam.
Perjalanan di mulai dengan melewati Mesjid Raya Sabilal Muhtadin menuju kepasar kuin dimana air sungai Kuin mengalir menuju sungai Barito. Wisatawan dapat juga singgah di Pulau Kembang dan kemudian melanjutkan perjalanan melalui penggergajian kayu di sungai Alalak dan kembali ke Pusat Kota melalui Sungai Andai.
Pasar Terapung adalah pasar tradisional yang sudah ada sejak dulu dan merupakan refleksi budaya sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi unik ini tempat melakukan transaksi di atas air dengan menggunakan perahu besar maupun kecil yang berdatangan dari berbagai pelosok. Pasar Terapung hanya berlangsung pada pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 09.00 setiap hari. Dan dengan perahu Klotok dari Kota Banjarmasin dapat dicapai sekitar 30 menit.
Wisatawan harus datang pagi-pagi untuk dapat melihat kesibukan Pasar Terapung ini. Salah satu Pasar Terapung di Banjarmasin adalah Pasar Kuin yang terletak di persimpangan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito.
Rabu, 16 Februari 2011
Masjid Pangeran Suriansyah, Banjarmasin
Masih di sekitar Makam Sultan Suriansyah di Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin berjalan kaki kira-kira 100 meter kita akan menemui mesjid bersejarah peninggalan Pangeran Suriansyah, mesjid ini didirikan pada masa pemerintahan beliau tahun 1526-1550. Beliau juga raja pertama yang memeluk agama islam dan kemudian mendirikan mesjid ini.
Dengan arsitektur bangunan mesjid terbukti bangunan ini masih asli walaupun pernah direnovasi bagian-bagian tertentu yang memang perlu di perbaiki, bahan bangunan seperti tiang-tiangnya masih menggunakan kayu ulin jaman dulu.
Informasi yang di dapat dari berbagai sumber di internet sbb :
2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm yakni pada dua daun pintu Lawang Agung. Kedua inskripsi ini menunjukan hari senin 10 Sya’ban 1159 telah berlangsung pembuatan Lawang Agung(renovasi masjid) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1734 -1759). Di dalam masjid juga terdapat sebuah Mimbar kuno yang masih digunakan oleh khatib untuk khutbah Jum’at.
Masjid Sultan Suriansyah adalah saksi bisu perkembangan agama islam di Banjarmasin dan perkembangan Kota Banjarmasin pula dari masa ke masa. Pengunjung wisatawan yang berziarah ke makam Sultan Suriansyah pasti tidak melewatkan untuk berkunjung ke mesjid beliau untuk sholat.
Komplek Makam Sultan Suriansyah
• Komplek Makam Sultan Suriansyah adalah sebuah kompleks pemakaman yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.Sultan Suriansyah merupakan raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Sewaktu kecil namanya adalah Raden Samudera, setelah diangkat menjadi raja namanya menjadi Pangeran Samudera dan setelah memeluk Islam namanya menjadi Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau Susuhunan Batu Habang.
• Sejarah pemugaran Komplek Makam Sultan Suriansyah
Studi kelayakan dalam rangka pemugaran dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin Drs. Machi Suhadi dengan biaya dari Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kalimantan Selatan 1982/1983.Kegiatan Pemugaran Pemugaran situs dimulai tahun 1984/1985. Sasaran pokonya ialah memugar makam-makam kuno dan pentrasiran pondasi batu bata,Pemugaran makam kuno terurai atas kegiatan: memperkuat pagar bagian bawah dengan slof beton, membersihkan dan membetulkan letak nisan makam, memperkuat dan merapikan letak marmer makam, memperbaiki ukira-ukiran yang rusak dan mengembalikan cat makam seperti warna semula.Kegiatan pentrasiran menampakan adanya dua kelompok susunan batu bata/tanggul dengan warna yang berbeda. Kelompok tanggul dengan batu bata merah merupakan pengaman bagi kestabilan makam Sultan Suriansyah dan Ratu, makam Khatib Dayan, makam Patih Masih, makam Patih Kuin, Makam hulubaklang raja dan lain-lain. Kelompok tanggul ini terdapat pada bagian barat dengan ukuran 17 x 17 meter.Kelompok tanggul dengan batu bata putih merupakan pengaman bagi kestabilan makam Sultan Rahmatullah dan Makam Sultan Hidayatullah. Kelompok tanggul ini terdapat di bagian timur dengan ukuran 17 x 17 meter. Pada bagian timur sisi selatan ditemukan susunan tanggul batu bata putih yang diberi hiasan/ukiran.
Pemugaran situs tahun 1985/1986 diarahkan pada kegiatan penyusunan kembali batu bata tanggul dan membangun cungkup yang baru menggantikan cungkup lama yang didirikan pada tahun 1985.
• Tokoh-Tokoh yang dimakamkan
Sultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun 1550, berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24 September 1526.
Ratu Intan Sari atau Puteri Galuh adalah ibu kandung Sultan Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru berumur 7 tahun dengan tiada diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang, maka tinggallah Raden Samudera bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama, raja Negara Daha berwasiat agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia mangkat. Tatkala itu pula Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya, berhubung kedua pamannya tidak mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung, karena kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama. Ratu Intan Sari khawatir, lalu Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan akhirnya dipelihara oleh Patih Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun kemudian mereka mengangkatnya menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar Masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari meninggal pada awal abad ke-16.
Sultan Rahmatullah, putera Sultan Suriansyah, beliau raja Banjar ke-2 yang bergelar Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun 1550-1570. Sultan Hidayatullah, raja Banjar ke-3, cucu Sultan Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun 1570-1595. Ia senang memperdalam syiar agama Islam. Pembangunan masjid dan langgar (surau) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan. Khatib Dayan. Pada tahun 1521 datanglah seorang tokoh ulama besar dari Kerajaan Demak bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat istana, sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, Jawa Barat. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan kitab pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam bahasa Jawa. Ia seorang ulama dan pahlawan yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
Patih Kuin adalah adik kandung Patih Masih. Ia memimpin di daerah Kuin. Ketika itu ia telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya sebagai anak angkat. Pada masa beliau keadaan negerinya aman dan makmur serta hubungan dengan Jawa sangat akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16. Patih Masih adalah seorang pemimpin orang-orang Melayu yang sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia memimpin di daerah Banjar Masih secara turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar Laut yang menjabat Sang Panimba Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia meninggal sekitar awal abad ke-16.
Senopati Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia seorang panglima perang di Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi gelar Hulubalang Kerajaan. Ia meninggal pada awal abad ke-16. Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan seorang ulama besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah. Ia meninggal pada tahun 1640. Haji Sa'anah berasal dari keturunan Kerajaan Brunei Darussalam. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura, seorang menteri di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji Al-Qur'an dan mengajarkan tentang keislaman seperti ilmu tauhid dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun 1825.
Pangeran Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar di masa Sultan Rahmatullah, yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur hulubalang jaga. Ia sangat disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada tahun 1630.
Pangeran Muhammad, adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga sebagai senopati Kearton di masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun 1645.
Sayyid Ahmad Iderus, adalah seorang ulama dari Mekkah yang datang ke Kerajaan Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia menyampaikan syiar-syiar agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan langgar (surau). Ia meninggal pada tahun 1681.
Gusti Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran Pangeran Antasari melawan penjajah Belanda. Ia kena tipu Belanda, hingga diasingkan ke Cianjur beserta anak buahnya, setelah meletus perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia meninggal pada thaun 1938.
Kiai Datu Bukasim merupakan seorang menteri di Kerajaan Banjar. Ia keturunan Kiai Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah satu jabatan menteri). Ia meninggal pada tahun 1681. Anak Tionghoa Muslim. Pada permulaan abad ke-18, seorang Tionghoa datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk dan masuk Islam sebagai muallaf. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi sungai, hingga jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di daerah Kuin, mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan Suriansyah.
Masjid Al Mukarramah dimartapura, Banjarmasin
Martapura merupakan sebuah ibukota kabupaten Banjar yang berada di provinsi Kalimatan Selatan. Martapura merupakan sebuah kota yang sangat terkenal baik didalam negeri maupun diluar negeri berkat intannya.
Nach tepat setelah pasar intan terkenal tersebut berdiri megah sebuah bangunan masjid. Dan masjid ini masih diklaim terbesar di kalimantan selatan.
Masjid ini dinamai seperti yang tertulis dengan huruf arab di depannya yaitu Masjid Al Mukarramah Karomah. Arsitektur masjidnya bergaya masjid-masjid di arab, karena masyarakat-masyarakat di Martapura kebanyakan keturunan Arab.
Masjid ini memiliki kubah yang unik dengan warna-warna dipuncaknya, dan juga dilengkapi dengan 1 menara tinggi dengan arsitektur yang unik juga.
Dan arsitektur didalam masjidnya tidak kalah dengan penampilan luarnya. Ademnya situasi masjid didalam tidak menggambarkan jika diluar panas terik.
Dan jika anda menyempati singgah di martapura untuk mencari intannya, sebaiknya anda juga menyinggahi masjid ini untuk menunaikan salah satu shalat 5 waktu anda, sayang untuk melewati nyamannya masjid ini.
O iya, untuk mencapai masjid ini gampang sekali karena hanya butuh +/- 1 jam perjalanan dari kota Banjarmasin dan hanya 1/2 jam jika dari bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru. Dan masjid ini juga berada di pinggir jalan trans Kalimantan ruas Kalsel-Kaltim dan berada di pusat kota Martapura.
Nach tepat setelah pasar intan terkenal tersebut berdiri megah sebuah bangunan masjid. Dan masjid ini masih diklaim terbesar di kalimantan selatan.
Masjid ini dinamai seperti yang tertulis dengan huruf arab di depannya yaitu Masjid Al Mukarramah Karomah. Arsitektur masjidnya bergaya masjid-masjid di arab, karena masyarakat-masyarakat di Martapura kebanyakan keturunan Arab.
Masjid ini memiliki kubah yang unik dengan warna-warna dipuncaknya, dan juga dilengkapi dengan 1 menara tinggi dengan arsitektur yang unik juga.
Dan arsitektur didalam masjidnya tidak kalah dengan penampilan luarnya. Ademnya situasi masjid didalam tidak menggambarkan jika diluar panas terik.
Dan jika anda menyempati singgah di martapura untuk mencari intannya, sebaiknya anda juga menyinggahi masjid ini untuk menunaikan salah satu shalat 5 waktu anda, sayang untuk melewati nyamannya masjid ini.
O iya, untuk mencapai masjid ini gampang sekali karena hanya butuh +/- 1 jam perjalanan dari kota Banjarmasin dan hanya 1/2 jam jika dari bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru. Dan masjid ini juga berada di pinggir jalan trans Kalimantan ruas Kalsel-Kaltim dan berada di pusat kota Martapura.
masjid jami, Banjarmasin
Masjid Jami' Banjarmasin atau dikenal juga sebagai Masjid Jami' Sungai Jingah adalah sebuah masjid bersejarah di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Mesjid berarsitektur joglo yang dibuat dengan bahan dasar kayu besi (ulin) ini dibangun di tahun 1777. Walaupun termasuk di lingkungan Kelurahan Antasan Kecil Timur, masjid yang seluruh konstruksi bangunan didominasi kayu besi alias kayu ulin ini lebih identik dikenal Masjid Jami Sungai Jingah. Lokasi awal pembangunan masjid ialah di tepi Sungai Martapura, setelah masjid ini dipindahkan sekarang berada di Jalan Masjid kelurahan Antasan Kecil Timur, Kota Banjarmasin1934. pada tahun
Konon ceritanya di masa itu masyarakat Banjar kesulitan beribadah karena tidak ada mesjid yang cukup besar untuk menampung orang banyak. Pemerintah kolonial Belanda yang kehadirannya tidak disukai oleh masyarakat Banjar berusaha menggunakan kesempatan itu untuk mengambil hati orang Banjar. Mereka berniat menyumbangkan uang hasil pajak untuk pembangunan masjid. Kebetulan saat itu pendapatan pajak pemerintah Belanda dari hasil memeras rakyat Kalimantan sedang berlimpah, terutama dari hasil hutan seperti karet dan damar. Namun masyarakat Banjar menolak mentah-mentah tawaran itu. Bagi orang Banjar yang beragama Islam adalah haram hukumnya menerima pemberian dari penjajah Belanda, apalagi untuk pembangunan masjid. Untuk mengatasi permasalahan tersebut mereka secara swadaya dan bergotong- membangun tempat ibadah tersebut. Tua-muda, laki-laki dan perempuan secara bahu-membahu mengumpulkan dana. Ada yang menyumbangkan tanah, perhiasan emas atau hasil pertanian, sehingga tidak lama kemudian di atas tanah seluas 2 hektar berdirilah sebuah mesjid yang indah dan megah sebagai tempat beribadah dan kegiatan sosial lainnya hingga sekarang.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Sabilal Muhtadin, nama pilihan untuk Masjid Raya Banjarmasin ini, adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar alm. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710 — 1812 M) yang selama hidup-nya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar atau Kalimantan Selatan sekarang ini.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini di-bangun di atas tanah yang luasnya 100.000 M2, letaknya ditengah-tengah kota Banjarmasin, yang sebelumnya adalah Kompiek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas. Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2. Menara masjid terdiri atas 1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour berwarna emas yang ditopang oleh su-sunan kerangka baja. Dan kubah menara-kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M.
Di Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini dapat kita dapati hiasan Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99 nama untuk Ke-agungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat, maksudnya tentu tiada lain adalah upaya menampilkan bobot ataupun makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan.
Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapis dengan porselin, sedang untuk plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik. Seluruh bangunan Masjid Raya ini, dengan luas seperti disebut di atas, pada bagian dalam dan halaman bangunan, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.
Desain keseluruhan bangunan masjid, dengan kubah besar, tiang-tiang kokoh dan tegap serta dinding tebal dan padat yang keseluruhan dibalut oleh lebih kurang 14.830 M2 pualam krem muda seakan memberikan suasana berat, kukuh dan kadahg-kadang terasa menekan. Kesan ini timbul balk dari eksteriornya maupun interiornya. Kesejuruhan keadaan banguann mesjid seperti disebut di atas menjadi pertimbangan dalam memperhitungkan pembuatan elemen-estetik yang akan ditempatkan dalam ruang dalam dan luar bangunan mesjid itu.
Penetapan desain krawang untuk pintu utama, pintu samping dan dinding, adalah upaya untuk memberikan keseimbangan antara 'rasa berat' yang ditimbulkan fisik bangunan dan 'rasa ringan' yang ditimbulkan oleh sifat 'tembus pandang' dari ornamen krawang tersebut. Lampu hias (chandelier) yang terdiri dari 17 buah unit gan-tungan dengan ribuan bola kaca tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 M, menimbulkan 'rasa-ringan' yang ditempatkan sebagai kontras terhadap fisik bangunan itu sendiri.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini di-bangun di atas tanah yang luasnya 100.000 M2, letaknya ditengah-tengah kota Banjarmasin, yang sebelumnya adalah Kompiek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas. Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2. Menara masjid terdiri atas 1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour berwarna emas yang ditopang oleh su-sunan kerangka baja. Dan kubah menara-kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M.
Di Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini dapat kita dapati hiasan Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99 nama untuk Ke-agungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat, maksudnya tentu tiada lain adalah upaya menampilkan bobot ataupun makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan.
Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapis dengan porselin, sedang untuk plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik. Seluruh bangunan Masjid Raya ini, dengan luas seperti disebut di atas, pada bagian dalam dan halaman bangunan, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.
Desain keseluruhan bangunan masjid, dengan kubah besar, tiang-tiang kokoh dan tegap serta dinding tebal dan padat yang keseluruhan dibalut oleh lebih kurang 14.830 M2 pualam krem muda seakan memberikan suasana berat, kukuh dan kadahg-kadang terasa menekan. Kesan ini timbul balk dari eksteriornya maupun interiornya. Kesejuruhan keadaan banguann mesjid seperti disebut di atas menjadi pertimbangan dalam memperhitungkan pembuatan elemen-estetik yang akan ditempatkan dalam ruang dalam dan luar bangunan mesjid itu.
Penetapan desain krawang untuk pintu utama, pintu samping dan dinding, adalah upaya untuk memberikan keseimbangan antara 'rasa berat' yang ditimbulkan fisik bangunan dan 'rasa ringan' yang ditimbulkan oleh sifat 'tembus pandang' dari ornamen krawang tersebut. Lampu hias (chandelier) yang terdiri dari 17 buah unit gan-tungan dengan ribuan bola kaca tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 M, menimbulkan 'rasa-ringan' yang ditempatkan sebagai kontras terhadap fisik bangunan itu sendiri.
SOTO ANANG, MARTAPURA
Soto Banjar, salah satu kuliner khas dari daerah ini. Menyeberang ke kabupaten tetangga, mendaratlah kita di Soto Anang, yang berlokasi di Jl.Ahmad Yani KM 39, Martapura.
Soto Anang merupakan salah satu penyaji Soto Banjar yang cukup terkenal di kawasan ini. Soto Banjar merupakan soto khas Banjar yang berbahan utama ayam, tetapi selain disuwir, potongan ayam yang besar juga tersaji di atas soto ini. Di soto Anang ini, ayam yang digunakan juga ayam pejantan sehingga kegurihan rasanya tak perlu diragukan. Tidak hanya ayam, soto banjar juga "dipenuhi" dengan perkedel kentang, telur rebus dan tentunya ketupat sebagi makanan pokoknya. Dibanjiri dengan kuah soto banjar yang kaya akan rempah-rempah, rasa soto banjar ini memang akan memanjakan indera pengecap kita. Perfecto....
Soto Anang merupakan salah satu penyaji Soto Banjar yang cukup terkenal di kawasan ini. Soto Banjar merupakan soto khas Banjar yang berbahan utama ayam, tetapi selain disuwir, potongan ayam yang besar juga tersaji di atas soto ini. Di soto Anang ini, ayam yang digunakan juga ayam pejantan sehingga kegurihan rasanya tak perlu diragukan. Tidak hanya ayam, soto banjar juga "dipenuhi" dengan perkedel kentang, telur rebus dan tentunya ketupat sebagi makanan pokoknya. Dibanjiri dengan kuah soto banjar yang kaya akan rempah-rempah, rasa soto banjar ini memang akan memanjakan indera pengecap kita. Perfecto....
Lontong Orari Jl Seberang Masjid, Banjarmasin
Balik lagi untuk menikmati pesona kuliner di ibukota Kalimantan Selatan. Salah satu rekomendasi tempat makan di Kota Banjarmasin yang banyak orang sampaikan adalah Lontong Orari. Katanya enak banget dan banyak penggemarnya, makanya saya penasaran untuk mencobanya. Hingga tibalah kesempatan itu pada suatu malam... Menyusuri jalanan di kota seribu sungai ini, sampai akhirnya rombongan saya berbelok di suatu jalan kecil, Jl. Seberang Masjid, dan parkir di salah satu rumah.
Berdasarkan artikel koran yang terpampang di dinding, nama Orari sendiri muncul karena tempat ini pada awalnya adalah tempat ngumpulnya para breaker untuk "copy darat" di malam hari. Ya, karena tempat makan ini buka dari sore hari skitar pukul lima, sampai dini hari sekitar jam 3. Dan tempat ini tampaknya selalu dipenuhi para penggemarnya, terbukti ketika saya berkunjung ke sana orang banyak yang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk, padahal bukan malam akhir minggu. Katanya kalau weekend, cari parkir aja bakal setengah mati hehehe. Penasaran, rasakan sendiri sensasinya...
Lontong Orari ini sangat unik, dua buah lontong besar (bener-bener besar) berbentuk segi tiga diguyur dengan kuah nangka muda, seperti opor, ditemani dengan ikan haruan yang sudah digoreng dan sebutir telur rebus. Rasanya? Enakkkkkkkkk abisssssss.... Kuah dengan semburat rasa manis (seperti banyak makanan khas banjar lainnya) berpadu dengan gorengan ikan haruan, menjadikan perpaduan yang benar-benar mantab. Ditambah dengan lontong besar yang lembut, menyempurnakan kualitas dengan kuantitas, benar-benar menuntaskan makan malam kita.....
Berdasarkan artikel koran yang terpampang di dinding, nama Orari sendiri muncul karena tempat ini pada awalnya adalah tempat ngumpulnya para breaker untuk "copy darat" di malam hari. Ya, karena tempat makan ini buka dari sore hari skitar pukul lima, sampai dini hari sekitar jam 3. Dan tempat ini tampaknya selalu dipenuhi para penggemarnya, terbukti ketika saya berkunjung ke sana orang banyak yang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk, padahal bukan malam akhir minggu. Katanya kalau weekend, cari parkir aja bakal setengah mati hehehe. Penasaran, rasakan sendiri sensasinya...
Lontong Orari ini sangat unik, dua buah lontong besar (bener-bener besar) berbentuk segi tiga diguyur dengan kuah nangka muda, seperti opor, ditemani dengan ikan haruan yang sudah digoreng dan sebutir telur rebus. Rasanya? Enakkkkkkkkk abisssssss.... Kuah dengan semburat rasa manis (seperti banyak makanan khas banjar lainnya) berpadu dengan gorengan ikan haruan, menjadikan perpaduan yang benar-benar mantab. Ditambah dengan lontong besar yang lembut, menyempurnakan kualitas dengan kuantitas, benar-benar menuntaskan makan malam kita.....
soto bang mamat
http://www.banyumurti.net/2009/04/kuliner-91-itik-panggang-dan-soto.htmlSoto Banjar, ya kayanya gak afdol kalo ke Banarmasin gak nyicipin kuliner yang satu ini. Potongan kupat atau lontong yang dipadukan dengan kuah soto yang kaya akan aroma rempah-rempah seperti kayu manis, kapulaga, cengkeh, biji pala dan lain-lain. Ditambah dengan soun, telur rebus dan perkedel kentang... perfecto.
Langganan:
Postingan (Atom)